Lifestyle tempo doeloe


Banyak hal telah berubaha dalam peradaban manusia, dan teknologi terindikasi berada dibelakangnya. Bagaikan pisau bermata dua, selain membawa angin posistif, suhu negatifpun muncul di benak manusia yang katanya semakin maju. Pun demikian cara pandang sebuah peradaban terhadap tubuh manusia, ada yang begitu alergi dengan tubuh manusia tanpa busana namun menginginkannya di sisi lain. Aturan sebuah negara pun turun mengekor dibelakangnya, Negara juga ngurusin selangkangan?!

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Photos Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Photos Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Photos Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Photos Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Photos Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Photos Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Photos Wanita Bali Tempo Doeloe

Read More......

Wanita Bali tempo doeloe


Sebab itu hai kaoem iboe bangsakoe Bali, marilah bersatoe oentoek menoentoet hak kita. Dan bangsakoe kaoem laki-laki yang soenggoeh-soenggoeh sayang akan bangsa yang lemah, sokonglah kami (I Goesti Ajoe Rapeg, Djatajoe, 25 November 1937, hlm.121-123).

Kalau ada yang mengatakan bahwa wanita Bali masih terbelakang dibandingkan laki-laki di bidang pendidikan, karier pekerjaan, atau dunia politik tentu sulit dibantah. Fakta dan data yang ada di masyarakat dengan mudah bisa mendukung bahwa pendapat itu banyak benarnya. Namun, kalau ada yang mengatakan bahwa wanita Bali bersifat pasif, nrimo, atau berpangku tangan saja tanpa memperjuangkan nasibnya atau nasib kaumnya dalam kehidupan sosial tentulah keliru.

Bukti-bukti tertulis menunjukkan bahwa wanita Bali bahkan sudah aktif berbicara sejak zaman kolonial untuk memperjuangkan harkat dan martabat kaumnya. Hal ini bisa dilihat dari publikasi-publikasi dari tahun 1920-an dan 1930-an yang banyak memuat artikel yang ditulis kaum wanita. Lewat tulisan-tulisan tersebut wanita Bali menyuarakan masalah-masalah yang dihadapi kaumnya. Mereka juga mengkritik atau memprotes ketidakadilan gender yang menimpa kaumnya. Bersamaan dengan itu, mereka juga mendorong wanita Bali agar mau belajar meningkatkan kecerdasan diri sehingga tidak diremehkan dalam kehidupan sosial. Laki-laki Bali yang mengolok-olok wanita dengan menjadikan mereka istri kedua atau mencarikan madu, juga dikecam.

Wanita Bali tak hanya berbicara. Mereka juga terjun ke masyarakat dengan melaksanakan aksi nyata seperti program pemberantasan buta huruf untuk menolong kaumnya agar bisa baca tulis dan sadar akan arti penting kemajuan zaman. Untuk mencapai cita-cita memajukan kaumnya, wanita Bali yang berpendidikan tak hanya mengabdikan diri mnenjadi guru tetapi juga bersatu-padu membentuk organisasi sosial, seperti Poetri Bali Sadar. Diluar tugas resminya sebagai tenaga pengajar formal, mereka juga menyediakan waktu luang mereka untuk datang ke desa-desa menggelar program pemberantasan buta huruf. Dalam kegiatan-kegiatan tersebut, wanita Bali juga mendapat dukungan positif dari sejumlah intelektual laki-laki.
(I Nyoman Dharma Putra, WANITA BALI TEMPO DOELOE perspektif masa kini, penerbit Bali Jani)

Read More......